Jika mau mengikuti sistem ekonomi yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. tersebut, maka perekonomian Indonesia akan semakin kuat dan dapat berkemban g pesat, karena nilai uang dirham dan dinar relatif stabil daripada nilai rupiah.
Syekh Abdulkadira as-Sufi Sedang Menampilkan Uang Emas Dinar
"Kami ingin pemerintah Indonesia sepenuhnya mengganti uang kertas dengan dinar emas dan membebaskan ekonomi yang sudah ada dari sistem keuangan yang tidak dapat dipercaya." kata Sheik Abdulkadir.
Koin dinar yang sudah dicetak dan dipasarkan di Indonesia, juga beredar di Australia, Malaysia dan Singapura. Pada tahun 2009 kemarin jumlah dinar di pasar Indonesia meningkat dua kali lipat menjadi 25 000 koin, menggambarkan bahwa uang tersebut semakin diminati.
Abdulkadir, adalah mantan dramawan dan aktor yang masuk Islam pada tahun 1960, dalam sejarah hidupnya ia berusaha menentang sistem kapitalisme barat dan menyeru untuk kembali kepada hukum-hukum Islam yang memandu generasi pertama umat Islam, termasuk kembali ke sistem ekonominya, yaitu seperti apa yang dipraktekkan Nabi saw. Sebagai contoh, zakat (wajib sumbangan kepada yang membutuhkan), menurut syekh, harus diberikan dalam emas atau perak, jika dia dibayar tunai.
Krisis ekonomi saat ini, yang dimulai dengan keruntuhan pasar ekonomi Amerika Serikat, menunjukkan bahwa kini sudah saatnya sistem keuangan Islam menggantikan sistem kapitalisme yang sudah berjalan lama." kata Syekh Abdulkadir penuh keyakinan.
Pemerintah barat menggunakan isu "ancaman teroris" dalam rangka mengalihkan perhatian orang dari perokonomian mereka yang akan segera runtuh.
Sudah saatnya kita berhenti menjadi takut terhadap agen-agen kapitalisme dan mulai mempelajari Islam apa adanya " tulis Abdulkadir dalam sebuah artikel. "Kita umat Islam harus mengikuti Rasulullah (saw) dalam transaksi ekonomi dan menggunakan alat transaksi emas dan perak yang benar-benar lebih berharga dari alat transaksi lain.
Masyarakat Indonesia yang sudah mencoba menggunakan dinar yakin dan optimis bahwa emas tidak akan pernah kehilangan nilai, sementara mata uang kertas Indonesia telah menyusut sebesar 14% tahun lalu, begitu laporan yang disampaikan situs kajian Gerai Dinar.
Nilai dari dinar dan dirham sepanjang waktu terus tumbuh, karena emas tidak pernah terdepresiasi. Sedangkan rupiah, sebaliknya akan terus terganggu, sehingga produk-produk konsumsi masyarakat akan selalu menjadi lebih mahal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar