Semua orang datang dan pergi terburu-buru dalam beberapa puluh tahun mengejar dan mencari ketenaran, keuntungan dan segala nafsu keinginan di dunia fana ini. Dalam keluasan yang tiada batas ini ada berapa orang yang bisa berlapang dada dan melepaskan? Lalu ada berapa orang yang benar-benar memikirkan demi apa manusia dilahirkan ke dunia ini?
Acuh tak acuh, larut dalam urusan duniawi, tidak bisa memusatkan pikiran, adalah penjelasan yang saya berikan untuk kata “sibuk”. Kesibukan acapkali dijadikan alasan yang paling baik bagi kebanyakan orang untuk membenarkan pernyataan sendiri.
Kehidupan itu bagaikan mimpi, dalam kesibukan ada kesenggangan, dalam kesenggangan ada kesibukan, perasaan mencuri kesenggangan dalam kesibukan malah menjadi kenikmatan tersendiri dalam kehidupan ini.
Keadaan itu berputar atau berubah seiring dengan suasana hati, walaupun mencari kesenangan dalam kesengsaraan, masih juga bisa sibuk bukan main, dan sesungguhnya kegembiraan yang benar-benar tulus itulah yang merupakan hal yang paling menggembirakan dalam kehidupan ini!
Ada orang yang senang merangkul kesibukan dan keramaian, ada juga yang menyukai ketenangan dan kesantaian, tentu ada prinsip mendapatkan dan kehilangan, sesuai dengan kehendak masing-masing.
Tetapi ada sebagian orang yang mengharapkan jika bisa memiliki keduanya, mereka umumnya mengejar kesempurnaan itu dengan membabi buta, ingin mendapatkan kenyamanan dalam kemewahan juga ingin mendapatkan kesantaian dalam ketenangan, dengan keserakahan yang tak mengenal puas mendambakan segala hal bisa sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Dengan demikian secara sengaja maupun tidak membuat persoalan semakin rumit dan meresahkan hati, dengan sendirinya bertambah lagi kesibukan yang sebenarnya tidak perlu ada.
Semua persoalan itu ada awal dan akhir, ada yang duluan dan belakangan, ada berat dan ringan serta ada prioritasnya. Jika persoalan itu diselesaikan dalam perencanaan matang dan teratur, persoalan itu akan terselesaikan dengan sendirinya, jadi walau sesibuk apapun juga masih bisa menampakkan sikap yang tenang. Sebaliknya, dengan hati yang tidak sabar dan perasaan tak tenang, walau mempunyai kesenggangan waktu juga tidak bisa bersantai, walaupun tidak ada pekerjaan yang dikerjakan juga terasa sangat sibuk sekali.
Apa sebenarnya makna yang hakiki dari kehidupan dan apa tujuan dari hidup? Topik ini sudah sepatutnya untuk dipikirkan dan didiskusikan oleh setiap orang.
Asalkan arah hati kita diletakkan pada posisi yang benar, meski setiap hari dari pagi hingga petang harus bekerja keras membanting tulang, juga masih bisa dikerjakan dengan hati yang riang dan bergembira. Ini seperti ungkapan, “Manusia bisa mengerjakan tanpa dikejar, karakternya akan menjadi tinggi dengan sendirinya.” (Guo Wei/The Epoch Times/lin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar