Fenomena Aneh : Kubah Lumpur Muncul di Bawah Permukaan Laut Aceh.. Fenomena aneh terjadi di bawah permukaan laut Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, pascagempa berkekuatan 7,2 Skala Richter pada Maret lalu. Sejumlah kubah-kubah lumpur bercampur batu kekuningan muncul di sana.
Kemunculan itu sempat membuat panik sejumlah warga di Pulau Banyak. Namun, tim ahli geologi dari Pemerintah Aceh dan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang telah menelitinya menyimpulkan, fenomena alam ini tak membahayakan warga.
“Sebaiknya masyarakat tidak perlu melakukan penyelamatan di sekitar lokasi,” kata Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dalam laporan tertulis dikirim ke wartawan di Banda Aceh, Selasa (4/5/2010).
Irwandi menjelaskan, hasil observasi tim ahli kumpulan kubah lumpur terletak di dasar laut di perairan Taelana Haloban, Kecamatan Pulau Banyak, tepatnya berada di koordinat 02o17,1 Lintang Utara dan 097013’08,9 Bujur Timur.
Tim ahli terdiri dari pakar di Dinas Pertambangan dan Energi Aceh, Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, Unsyiah Banda Aceh, Badan Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi. “Tim ini melakukan observasi pada 21 April 2010,” katanya.
Dari sekian banyak kubah lumpur, tim mencatat yang terbesar berdiameter 30 meter, tinggi 8 meter, dan puncaknya berjarak 5 meter di bawah permukaan laut.
Kemunculan kubah lumpur itu sebelumnya sempat merubah warna air laut. Perubahan warna itu disebabkan oleh semburan lumpur.
Tim ahli menyimpulkan bahwa hingga kini tak terdapat lagi titik semburan lumpur baru di sekitar kubah yang ada. Hanya saja, gelembung-gelembung gas (udara) dalam jumlah kecil masih ada.
Berdasarkan laporan tim ahli, Irwandi menjelaskan bahwa suhu air laut di sekitar semburan normal.
Soal batu kekuningan yang muncul bersama kubah lumpur, tim meneliti beberapa sampel.
Hasilnya disimpulkan, batu-batu itu diantaranya berjenis batu bara yang terdapat di mud-vulcano, batu pasir berwarna abu-abu hingga kuning yang bersifat plastis dan batu lempung. Juga ditemukan batu berwarna keemasan, mengandung mineral pirit atau senyawa besi belerang.
Sebelumnya, warga banyak memungut batu-batu itu dan mengira mengandung emas.
Menurut tim ahli fenomena itu terjadi karena gempa bumi 7,2 SR yang terjadi di sana pada 7 April 2010. Gempa itu menyebabkan rekahan pada bebatuan di dasar laut sehingga menyemburkan lumpur.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengimbau warga tak panik dengan fenomena itu, karena dinilai tak berbahaya. “Namun tetap waspada,” ujarnya.
Sebelumnya, warga di Kepulauan Banyak sempat menggelar doa bersama menanggapi fenomena itu. Kala itu ditengah warga sempat berkembang isu beragam. Sebagian warga mengira akan muncul pulau baru dan akan menenggelamkan Pulau yang ada.
sumber : oke zone
BANDA ACEH – Ahli geologi dari Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Aceh yang telah melakukan survei pasca terjadinya gempa bumi berkekuatan 7,2 SR memastikan, fenomena alam yang muncul di perairan Haloban, Pulau Tuangku Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil bukanlah daratan baru seperti yang diduga banyak pihak.
Munculnya aktivitas semburan lumpur, batuan hitam dan material lain yang mengkilap, yang kemudian membentuk kubah lumpur, disebabkan timbulnya patahan/rekahan pada batuan tudung pasca gempa 7 April lalu.
Namun, kondisi terakhir sejak 22 April 2010, tidak lagi ditemukan adanya titik semburan di sekitar kubah lumpur. Aktivitas yang tersisa hanya berupa semburan-semburan gelembung gas (udara) dalam jumlah sedikit. Sedangkan suhu di sekitar kubah pada kedalaman 5-6 meter berkisar 32 derajat Celcius yang diyakini merupakan suhu dari sinar matahari.
“Jadi, yang terjadi itu adalah munculnya mud volcano (kubah lumpur) tidak berbahaya dan belum bisa disebut sebagai daratan baru karena puncak kubah masih berjarak 5 meter di bawah permukaan laut. Fenomena ini timbul pasca gempa bumi sehingga terjadinya patahan batuan tudung,” ujar T.Muchlis dan Khairil di Kantor Distamben Aceh, Sabtu (1/5).
Pihaknya mengadakan survei beberapa waktu lalu dengan metode observasi melakukan pengamatan secara visual terhadap kubah lumpur, pengukuran temperatur, pengambilan foto dan sampel batuan.
Kubah terbesar dikatakan memiliki diameter 30 meter di dasar kubah dan 3 meter di puncak kubah. Sementara ketinggian kubah mencapai 8 meter.
Muchlis yang didampingi Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Provinsi Aceh, Ir Faizal Adriansyah lebij jauh menjelaskan, berdasarkan hasil observasi dan analisa geologi yang dilakukan pihaknya di perairan Haloban, pascagempa 7,2 SR diketahui bahwa lokasi munculnya kubah lumpur tersebut berada pada pertemuan lempeng. Lokasinya jauh dari jalur gunungapi, dan berada pada cekungan busur muka dengan suhu yang relatif rendah.
Batuan yang membentuk kubah lumpur tersebut terdiri dari batubara, mineral pirit, batupasir, dan lempung. Batubara itu sendiri masuk dalam kelas bitumin-subbitumin dengan kisaran kalori 5.200 sampai 7.200, sedangkan mineral pirit berwarna keemasan yang merupakan senyawa besi belerang.
“Batubara merupakan lensa-lensa dari lapisan batu lempung. Di sini terkonsentrasi gas metan (CH4),” ujarnya.
Bunyi Ledakan
Kondisi inilah menurut Khairil, yang menyebabkan bunyi ledakan seperti yang diakui warga sekitar perairan Haloban sebelum muncul fenomena semburan lumpur tersebut. “Aktivitas semburan-semburan lumpur saat ini sudah sangat kecil dan tidak membahayakan masyarakat sejauh tidak ada peningkatan aktivitas mud volcano,” kata Muchlis.
Meski demikian, kondisi normal lingkungan sudah terganggu dan ikan tidak lagi ditemukan di sekitar perairan.
Sementara ahli geologi dari PT Semen Andalas Indonesia (SAI), Muhammad Arif Syahrijal mengatakan, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab dari timbulnya semburan lumpur tersebut. “Fenomena ini bisa saja berdampak positif atau sebaliknya berdampak negatif,” jelasnya.
Kemungkinan berdampak negatif, terutama apabila semburan lumpur ditemukan dalam jumlah banyak dan berskala luas, maka besar kemungkinan dampak yang ditimbulkan bisa sama dengan kejadian yang menimpa Porong, Sidoarjo.
Sedangkan dampak positif, terindikasi dari semburan lumpur yang disertai dengan gelembung gas atau udara. Ini mengindikasikan adanya gas yang terjebak dalam cekungan. “Ini prospek untuk melakukan eksplorasi. (Analisa)
sumber : Aceh Prov
Tidak ada komentar:
Posting Komentar